KEDIRI – Wilayah Alas Karetan (Alaska) Kediri memiliki potensi alam yang besar. Potensi ini turut didukung dengan mata pencaharian utama masyarakatnya, yakni petani dan pemilik usaha produksi hasil olahan alam skala rumah tangga. Melihat hal itu, tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersinergi mengembangkan ikon produk halal berbasis kearifan lokal untuk masyarakat setempat.
Ketua tim KKN Abmas ini, Iska Desmawati SSi MSi mengungkapkan bahwa, kawasan Alaska dikenal memiliki keanekaragaman produk yang unik dan nilai jual yang tinggi serta mampu untuk menopang kesejahteraan masyarakat. Namun, perlu pengembangan mulai dari produk layak pasar kemasan yang menarik, kelengkapan berbagai surat izin, hak paten logo dan kemasan, merek dagang, serta sertifikasi halal.
Di samping itu, terang Iska, sulitnya akses pengetahuan mengenai syarat serta tata cara pendaftaran perizinan dan sertifikat menjadi permasalahan utama masyarakat setempat. Untuk itu, KKN Abmas ITS ini hadir guna meningkatkan nilai jual produk olahan masyarakat Kawasan Alaska. “Produk-produk tersebut di antaranya adalah tempe, kripik pisang, keripik telo, teh alaska, tahu, kerupuk rengdi, sambel pecel, dan soto kendil, ” papar dosen Departemen Biologi ITS tersebut.
Berlangsung selama tiga bulan sejak Agustus 2021 lalu, kegiatan ini diawali dengan pendataan olahan di kawasan wisata Alaska sekaligus pembekalan kader penggerak halal oleh Pusat Kajian Halal ITS. “Selepas itu, dilakukan sosialisasi ikon produk di balai desa setempat dengan mengundang pengurus wisata alam dan pedagang di kawasan wisata 12 hingga 13 November 2021, ” ujar perempuan yang mendapatkan gelar S2-nya di Universitas Airlangga tersebut, Selasa (29/3/2032).
Baca juga:
Pengertian Blog, Struktur Umum dan Jenisnya
|
Produk-produk olahan masyarakat kawasan Alaska
Sosialisasi hari pertama diisi dengan penjelasan produk halal unggulan berbagai daerah dengan mengundang pengurus wisata alam dan pedagang kawasan wisata di balai desa setempat. Di hari kedua, sosialisasi dilanjutkan dengan mengundang pengunjung wisata “Sosialisasi ini juga turut mengundang Kurnia Ahmadin, owner Ndoro Pisang yang merupakan relawan aktivis Swara Owa sebagai pembicaranya, ” jelas Iska.
Usai sosialisasi, dengan bantuan kepala desa setempat, ketua paguyuban, pamong desa, pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), program ini mendapat banyak respon positif dari warga setempat. Warga menjadi semakin sadar akan beberapa komposisi bahan yang dapat dikategorikan halal dan mulai belajar menata produk agar lebih terjamin dari segi bahan dan pengolahan. “Terlebih, tujuan dari sosialisasi ini adalah meningkatkan percaya diri dalam membuat produk menjadi lebih menarik, ” ujar Iska.
Kegiatan sosialisasi ikon produk di balai desa setempat dengan mengundang Kurnia Ahmadin
Usai sosialisasi, dengan bantuan kepala desa setempat, ketua paguyuban, pamong desa, pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), program ini mendapat banyak respon positif dari warga setempat. Warga menjadi semakin sadar akan beberapa komposisi bahan yang dapat dikategorikan halal dan mulai belajar menata produk agar lebih terjamin dari segi bahan dan pengolahan. “Terlebih, tujuan dari sosialisasi ini adalah meningkatkan percaya diri dalam membuat produk menjadi lebih menarik, ” ujar Iska.
Ke depan, Iska menargetkan akan ada kolaborasi bersama untuk meningkatkan kualitas produk wisata Alaska termasuk menu utama mereka, yakni soto kendil, pecel, krupuk, dan gado-gado. Selain hal tersebut, menurut Iska, pengembangan juga terkait dengan promosi. “Oleh karena itu, mitra dan pengelola diharap dapat mengembangkan toko khusus untuk produk lokal yang dapat dilanjutkan ke pasar global, ” tutupnya. (*)
Potret tim KKN Abmas ITS.
Reporter: Erchi Ad’ha Loyensya
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal